Friday, September 28, 2012

Anak itu Titipan Illahi..

Blog Cinta Damai
Semua orang geregetan, muak , lantas berkomentar : hukum  berat saja! , penjara seumur hidup!  atau ini yang lebih sadis:  balas bunuh saja!   
Begitulah komentar sebagian besar masyarakat terhadap anak yang menjadi pelaku pembunuhan dalam 2 kasus tawuran pelajar sepekan ini. 
Mungkin anda pun berkomentar demikian. Termasuk saya! 
Namun, saat di perjalanan menuju tempat kerja tadi, entah kenapa saya mulai berpikir balik. 
Sebenarnya, kenapa seorang anak bisa berprilaku sebiadab itu? 
Pantaskah kita mencaci makinya dan mengharapkan agar si anak nakal itu dihukum seberat-beratnya?

Tanpa mengurangi rasa simpati saya pada keluarga korban, mari kita mencoba sedikit menyelami kondisi kejiwaan si anak nakal itu. 
Saya menulis ini dari sudut seorang wanita, ibu dari 3 orang anak yang mulai tumbuh kembang.

Seorang anak pada dasarnya lahir ke dunia bagaikan kertas putih, polos, bersih.Tentang bagaimana kehidupannya kemudian, tergantung dari bagaimana orangtua dan lingkungan menorehkan tinta di kertas tersebut.  Apakah si kertas akan diukir dengan tinta emas yang berisi kalimat-kalimat atau lukisan indah dan rapi? Ataukah berupa coretan abstrak, kalimat serapah dengan tinta tumpah disana-sini?

Anak yang dibesarkan dengan perhatian dan kasih sayang, akan menjadi anak yang juga perhatian kepada orang lain.
Tapi kasih sayang dan perhatian bukan hanya berupa materi! Karena materi saja tidak cukup untuk membentuk karakter si anak. Anak yang dilimpahi banyak materi malah cenderung menjadi anak yang materialistis. 
Kasih sayang dan perhatian yang dimaksud adalah kontak jiwa orangtua.
Orangtua harus tau kapan saatnya memuji bila si anak berbuat baik, kapan saatnya menegur bila si anak berbuat salah.  Belailah rambutnya saat mereka bersedih, rengkuhlah bahunya saat mereka bimbang.

Anak-anak yang terlibat tawuran itu, apakah orangtuanya mencurahkan kasih sayang dan perhatian seperti di atas?
Banyak orangtua merasa, setelah memberi makan, menyekolahkan, dan beri uang jajan, tugas orangtua selesai!   Padahal tugas orangtua tidak hanya itu!
Ada yang lebih utama dan penting dari semua itu: mendidik dan membimbing mereka! 
Loh, kan itu tugas guru? Ya, benar! 
Tapi guru bukan orangtua yang dari sejak bayi menimang mereka. Sebagian besar kehidupan anak adalah di sisi orangtua. Seorang Guru harus mendidik – 30 sampai 50 orang anak dalam 1 kelas! Apakah guru bisa mendeteksi kejiwaan muridnya satu persatu? 
Sedangkan orangtua, ‘hanya’ mendidik seorang atau paling banyak (sekarang) 8 anak saja! Orangtualah yang seharusnya 'lebih tau' psikologis anak.

Setelah orangtua mendidik dan membimbingnya dengan baik, orangtua harus siap ‘melepaskan’ si anak menghadapi kehidupannya. Jangan menuntut mereka lebih. Apalagi berpamrih. Karena seorang anak yang dilimpahi kasih sayang dan perhatian yang tulus dari orangtua, tanpa diminta pun, Insyalloh mereka akan membalas jasa orangtua (meskipun dibalas sebesar apapun jasa itu ga akan terbalaskan).

Mengenai kewajiban orangtua membimbing dan mendidik anak, saya jadi ingat ceramah seorang Dai kondang. Alkisah, ada sepasang orangtua yang karena ibadahnya yang bagus, lantas Allah memberikannya tiket masuk surga. Sementara itu, anaknya yang nakal dan berprilaku buruk, harus masuk neraka. Namun, pada saat si anak akan masuk pintu neraka, sang anak menyampaikan satu permintaan pada Allah: dia masuk neraka ingin ditemani orangtuanya. Allah bertanya kenapa? si anak menjawab 'kenakalan dan prilaku buruknya' karena orangtuanya tidak pernah membimbing dan mendidiknya! tidak pernah menunjukan mana yang salah mana yang benar!
Allah pun mengabulkan permintaan si anak dan sang orangtua yang tadinya akan masuk surga, diminta untuk menemani dulu sang anak ke neraka.

Sesungguhnya seorang anak adalah sebuah “titipan”, yang harus kita jaga dan rawat hingga suatu saat si “Pemilik titipan’ mengambil kembali dari kita.
Balasan atas usaha kita menjaga dan merawat ‘titipan’ itu bukan dari si ‘barang titipan’. Tapi, dari si ‘Pemilik Titipan’:  llahi Rabbi..


Anakmu bukanlah milikmu,
mereka adalah putra putri sang Hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri.
 


Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.
 


Berikanlah mereka kasih sayangmu,
namun jangan sodorkan pemikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.
 


Patut kau berikan rumah bagi raganya,
namun tidak bagi jiwanya,
sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat kau kunjungi,
sekalipun dalam mimpimu.
 


Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu,
sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
ataupun tenggelam ke masa lampau.
 


Engkaulah busur asal anakmu,
anak panah hidup, melesat pergi.
 

Sang Pemanah membidik sasaran keabadian,
Dia merentangkanmu dengan kuasaNya,
hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.
 


Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat 
sebagaimana dikasihiNya pula busur yang mantap.

(by KAHLIL GIBRAN)

48 comments:

  1. nggak mudah memang ya mbak jadi orang tua

    ReplyDelete
    Replies
    1. Engga mudah mbak! Kalo tuhan memberikan anak pd kita, mk saat itulah kewajiban ortu dimulai...

      Delete
  2. semangat mbak popi....

    kalo anaknya uda gede pasti akan membalas juga dgn baik bila kita merawatnya dgn baik juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin..sy percaya itu! Terkait hubungan orangtua dan anak, biasany memang slalu berulang sejarahnya! (Maksudnya, jk kita memperlakukan ortu kita dgn baik, mk begitu pula anak kita kelak memperlakukan kita.

      Delete
    2. waaahh gia jadi pengen cepet-cepet punya anak nih, mba popi..

      Delete
    3. eits....kuliah dulu yg bener trus kerja, baru deh nikah!

      Delete
    4. Untuk Punya anak ya harus menikah dulu. Kalaw sudah menikah baru deh boleh punya anak. Benar kata Tante Popi tu. Kuliah dulu yang bener, lalu Kerja, cari pacar yang banyak. Hiheiheheheiheieie. Puas puasin pacarannya, baru deh Nikah. Hiheiheiheiee. Ngawur sayah

      Delete
    5. hayah...ngajarin pengelaman masa lalu ya Kang? ckck

      Delete
  3. Seorang anak tidak usah dituntut terlalu banyak, apalagi sampai membandingkannya dengan orang lain. Biarkan ia berprestasi dengan caranya sendiri

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul! Jgn pernah sekali2 membandingkan 2 pribadi yg berbeda, meski itu dgn maksud positif! Sy jg wkt kecil dulu paling sebel kalo dibanding2kan sama kakak yg betprestai!

      Delete
  4. wah hari ini blog2 pada ceritanya tentang tawuran semua... lagi heboh kayaknya di sana ya... :D

    susah ya ngomongin tawuran ini, ada ajaa terus.
    mau nyari siapa yang salah yah susah lah kalo saling salah2an... :)

    anyway ya jadi pelajaran buat kita aja lah. moga2 kita bisa mengajarkan supaya anak2 kita nanti tumbuh jadi orang yang baik2 ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul, man. Karena pendidikan anak yg utama itu ya di rumah bersama Ortu! Sekolah dan lingkungan itu cuma pelengkap!

      Delete
  5. Jadi inget kata-katanya Bu Elly Risman waktu seminar kemarin,
    "kita dititipin anak sama Tuhan dalam kondisi putih bersih polos dan sempurna. Kita mau balikin barang titipan itu dalam bentuk yang kayak gimana? itu tanggung jawab kita sebagai orang tua"

    Smoga bisa menjaga titipan dengan baik ya Mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiiin. Semoga kita engga di cap Ortu gagal didik anak ya?

      Delete
  6. (dari foto di atas, ada gradasi skala kerampingan di 3 anakmu, yasser terceking, lalu jasmine, lalu yassin).

    orang tua udah bikin pondasi yang kuat dan bagus. apa mau di kata jika solidaritas dan budaya di luar menuntut untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan budaya yang diajarkan orangtuanya.

    dari perspektif obyektif aja, ini anak sekolah yang pada tawuran memang mencerminkan generasi yang letoy banget koq. nggak pernah tu sekarang aku dengar ada anak sekolah yang duel satu lawan satu pake tangan kosong. beraninya keroyokan, pake senjata pula. benar-benar generasi ayam kate!!
    udah, anak sekolah model begini ada 3 cara penanganannya: 1. dibina di pelatnas atau sekolah khusus untuk mencetak atlet beladiri; 2. kalo nggak mampu dan malah tambah parah, diasingkan saja di nusakambangan biar kapok; 3. kalo di nusakambangan masih jadi biang tawuran, ya sudah, harusnya disuntik mati saja. nggak rugi koq Indonesia kehilangan generasi remuk begitu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. tp aku yakin, jk Ortu sudah menanamkan fondasi kuat di rumah dan si anak jiwanya stabil, insyalloh seburuk apapun kondisi di luar, si anak akan bisa memilih mana yg benar dan mana yg buruk!

      Delete
  7. mnrt saya salah besar kalo utk urusan tingkah laku & akhlak di serahkan ke guru.. Org tua tetap wajib utk menjaga titipan Nya.. Semoga kita selalu bs menjaga amanah dg menjaga titipan Nya ya mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin. Iya mbak. Guru itu muridnya buanyakk banget! mana perhatian sama anak kita? kecuali kita kasih honor tambahan..**ups**

      Delete
  8. wah.. lama gk kesini, lama gk ketempat si popi.. :D kini aku hadir lagi nih bro. :D

    ReplyDelete
  9. aku benci tawuran, masa habis bunuh orang baru nyesel, bodoh sekali

    ReplyDelete
    Replies
    1. mendhing kalo nyesel Mas. di depan Mendikbud, si tersangka ini bilang kalo dia puas lho. kan bukan manusia to ini anak..!!?

      Delete
    2. kasian. Anak itu pastinya ga pernah diajari bagaimana memahami rasa "menyesal"

      Delete
  10. sebagai sesama pelajar, sebenernya aku juga bingung kenapa sih kok pada doyan tawuran itu? semoga setiap orang tua bisa mendidik anaknya lebih lagi sehingga ga ada lagi contoh kasus tawuran.

    ReplyDelete
  11. Ya bner bgt, moral bangsa ini tergantung dgn gmn cara orang tua ngasih pendidikan moral ke anaknya.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Orangtua adalah Guru pertama buat seorang anak. Yg dilihat dan ditiru pertama kali oleh anak adalah prilaku orangtua!

      Delete
  12. seingat saya juga, anak yang masih dalam bimbingan orang tua kalau berbuat dosa yang menanggung dosa orang tuanya. jadi kalau ada anak melakukaan kriminal yang dihukum orang tuanya. orang tua bisa guru juga, kalau anak itu dalam waktu sekolah saat melakukan kejahatan maka yang dihukum gurunya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. hm..ya, boleh juga? tapi kalo orangtuanya langsung sadar mungkin bagus! Lah kalo ortu yg ga 'nyadar'? begitu dia ikutan dihukum krn kenakalan anaknya, tuh ortu jangan2 malah ngegampar si anak krn udah malu2in ortu!

      Delete
    2. bagusnya begitu, jadi nggak perlu ada orang lain yang nggampar tapi biar orang tuanya yang nggampar. dan biarkan mereka saling gampar sehingga tidak sempat lagi nggampar orang di luar keluarga mereka. hihi

      Delete
  13. semoga para ortu membaca tulisan mbak popi dan mengerti serta memahami bahwa bagaiaman mereka memperlakukan anak-anaknya sekarang, adalah bagaimana anak-anak mereka memperlakukan mereka nanti, tentunya berpengaruh juga pada kepribadian mereka...

    semuanya berawal dari masa kecil kan mbak :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju sama Ukhty Izaawa...

      Delete
    2. iya mbak , saya percaya bahwa sikap kita kepada orangtua akan berlaku juga saat kita menjadi orangtua buat anak2. Soalnya doa orangtua itu makbul loh..

      Delete
  14. Orang tua yang berhasil adalah mereka yang tidak hanya memberikan materi semata tetapi juga membimbing dan mendidik anak2 sehingga kelak menjadi anak yang shaleh, hubungan antara anak dengan orang tua secara psikologis dekat dan akrab.

    ReplyDelete
  15. belum jadi orang tua jadi menyimak aja deh :)

    tapi klo dibayang2in sih, nyesek juga sih jadi orang tua yang punya anak jadi korban juga yang pelaku. sama2 gak enak.
    tapi pasti ada hikmah dari kejadian itu, buktinya ini jadinya emak2 pada introspeksi diri jadinya agar lebih memperhatikan anak2 mereka di rumah. :)

    ReplyDelete
  16. terkadang memang aku juga mikir bahwa ada hal" diluar kemampuan orang tua yang ga harus menjadi tanggung jawab anak .. kadang orangtua juga udah usaha dgn baek anaknya aja yang bandel ..
    Tapi mudah"an jadi pelajaran ya bu buat semua orangtua :D

    ReplyDelete
  17. tugas orang tua juga nih mengenai tawuran ini

    ReplyDelete
  18. hehe dateng lagi nih ke rumah blog si popi.. :D biasa pop, absen. ;)

    ReplyDelete
  19. Banyak pakai stick eskrim ya, Mom. (!) hihihihi

    Jika anak sering diperhatikan dan mendapatkan kasih sayang yang cukup di keluarga, mungkin tidak ada pikiran untuk tawuran ya, Mom.

    yang ada si anak betah di rumah, anak rumahan. #kayak saya. :D
    #Jasmine lucuu. :P

    ReplyDelete
  20. belum ngerasaian jadi orang tua, jadi belum tau rasanya :')

    somehow, kalau kata ustadz Abu Hudzaifah, Lc, anak itu antara karunia dan bencana: http://rkisekadau.wordpress.com/2012/10/02/anak-antara-karunia-dan-bencana/

    ReplyDelete
  21. Anak itu emang titipan ilahi, maka dari itu jaga baik2 anak kita, jgn menyia-nyiakan mereka, jgn memanjakan mereka, anak itu anugerah terindah dan sumber kebahagia'an bgi yg sdh berumah tangga.

    ReplyDelete
  22. Anak itu titipan-Nya ...
    Anak itu juga anugerah dari-Nya ...

    Makanya kalau sampai ada ibu yang membuang anaknya, berarti beliau tidak akan mendapat anugerah dari-Nya ...

    ReplyDelete
  23. Semoga aku bisa menjaga titipanku dengan baik!
    Tapi belum punya anak tuh... wkwkwk :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. huaaaaaaaaaaaaaaahahahahahah iheiheiheiheiheiheiee

      Delete
  24. anak titipan ilahi, maka berarti hati lah dalam menjaga titipan itu, terkadang anak bisa jadi penyejuk pandangan, bisa jadi fitnah dan juga bisa jadi ujian bahkan bisa jadi musuh

    ReplyDelete
  25. keren sekali bait bait Puisinya KAHLIL GIBRAN secara saya sangat suka dengan koleksi puisi puisinya. Bagaimana dengan maraknya Tren Tawuran sekarang ini di Indonesia?

    Tidak ada yang salah dengan sistem pendidikan yang sudah diterapkan sejak lama di Indonesia. Persoalan sebenarnya terletak ditangan kita semua para orang tua , pihak sekolah, dan juga pihak masyarakat sebagai kontrol sosial yang harus bersinergi dan bekerja sama untuk mencegah tawuran ini kembali terjadi di masa yang akan datang.

    Saya melihat masih ada celah atau peluang yang bisa kita usahakan agar tawuran ini tidak lagi terjadi dan seharusnya tidak perlu terjadi.

    ReplyDelete
  26. It is the best time to make some plans for the
    future and it's time to be happy. I've read this post and if I could
    I desire to suggest you some interesting things or tips.
    Maybe you can write next articles referring to this article.
    I want to read more things about it!

    my blog: sabun herbal coklat

    ReplyDelete

Orang Yang Baik Adalah Yang Mau Menerima Kritik Dari Manapun, Sekalipun Kritik itu Buruk.