Masih pagi sampai di kantor membuat kita masih banyak kesempatan untuk mengamati dinamika hidup di sekitar kita. Pagi ini mobil kami masuk kantor melalui pintu belakang dan di sepanjang jalan menuju pintu ini seperti biasa selalu mangkal beberapa 'keluarga gerobak', begitu kami menamakannya! kami sebut ini untuk orang-orang yang tinggal di dalam gerobak. Gerobak ini adalah gerobak kehidupan! karena dengan gerobak mereka mencari nafkah -biasanya untuk mencari barang-barang bekas, mengumpulkannya lalu menjual ke bandar. Dengan gerobak itu pula mereka bisa melewatkan malam dengan tidur lelap meski sempit dan pengap. Tapi itulah gerobak kehidupan!. Saya dan teman-teman kantor mengenal dekat salah satu keluarga gerobak di jalan itu. Sengaja kami pilih satu diantara mereka, karena keluarga gerobak yang satu ini paling kentara dan 'menonjol' dibanding keluarga gerobak yang lain. Kenapa menonjol? karena mereka punya 4 anak yang masih kecil-kecil dibanding keluarga gerobak yang lain!. Setiap kali saya dan teman melewati jalan itu, anak-anak tersebut nampak sedang bermain senang seolah tak peduli dengan kehidupan yang jauh dari kata 'layak'.
Terkesan dengan kesederhanaan keluarga itu, saya dan teman-teman pun berinisiatif memberikan bantuan modal sekedarnya dengan maksud meningkatkan kualitas hidup mereka. Sebagai penjajagan, kami mengirimkan utusan untuk melakukan wawancara dengan keluarga tersebut. Maksudnya sih supaya kita tahu apa yang jadi keinginan utama keluarga itu - supaya kita ga salah kasih bantuan!. O'iya sebelumnya kami sempat menawarkan agar mereka pulang kampung saja dan buka usaha di kampung, tapi mereka menolak. Katanya di kampung pun sudah tidak ada saudara. Kemudian kami juga menawarkan agar mereka tinggal menetap di suatu tempat - maksudnya kontrak rumah- supaya anak-anaknya tidak hidup di jalanan terus. Ini pun ditolaknya! alasannya sih karena anak-anaknya - terutama yang terkecil- sudah terbiasa hidup di gerobak. Sekali-kalinya mereka coba kontrak rumah, si anak malah rewel dan nangis ga betah! Akhirnya kami pun memberikan modal untuk membeli timbangan barang - ini sesuai permintaan si bapak. Dengan timbangan itu maka mereka tidak perlu lagi nebeng ke orang lain dan membayar sewa timbangan untuk mengukur berat barang-barang yang berhasil dikoleksi! Sayangnya, belakangan timbangan yang kami belikan itu malah di'palak' oleh preman sekitar! Bilangnya sih tuh preman cuma 'pinjam bentar' tapi pas si bapak nagih tu timbangan, dasar preman- dia malah bilang 'ntar saya pikir-pikir dulu kalo ngembaliin nih timbangan' . Dengan kejadian itu, kami sepakat untuk membelikan lagi keluarga itu timbangan. Tapi mereka harus janji untuk menjaganya sebaik mungkin! kalo bisa dirante baja di gerobaknya!.
Kembali ke cerita awal tentang pagi yang cerah ini, tadi mobil saya melewati lagi keluarga gerobak! Yang membuat saya surprise adalah saat mata saya tiba-tiba menatap anak sulung keluarga gerobak sedang duduk direrumputan, tak jauh dari gerobak. Anak lelaki kurus kecil itu sedang duduk ditemani beberapa buku tulis didepannya. Terlihat dia sedang menulis dan sesekali membaca buku satunya. Entah dia sedang mengerjakan PR atau mungkin sedang belajar mau ulangan!. Yang jelas pemandangan itu membuat terharu!. Saya jadi membandingkan anak saya di rumah. Anak saya kalo disuruh belajar susahnya minta ampun! Padahal kurang apa? meja belajar ada, buku-buku berderet di lemari dengan rapihnya, alat tulis pun lengkap, tempat belajarnya pun jauh dari kebisingan jalan raya! Coba bandingkan dengan anak lelaki kecil itu. Dia hanya duduk beralaskan rumput basah (karena semalam habis hujan!), buku-buku pun cuma beberapa (tadi kulihat cuma 2). Ditambah lagi suara bising klakson mobil dan tak lupa asap knalpot bis. Mana nyaman belajar seperti itu? tapi itulah hidup! Tuhan Maha Adil, dibalik kekurangan pasti ada kelebihan! Meskipun kondisi kehidupan anak itu memprihatinkan, tapi saya yakin dia diberi kelebihan, apa? semangat belajar! Two thumbs up for him!.
O'iya sebenarnya tadi saya ingin sekali mengabadikan anak kecil itu dengan kamera HP. Tapi berhubung suami harus buru-buru ke kantor, maka mobil kami ga mungkin muter balik!. Sayang sekali ya no pic, padahal bagus loh diabadikan! moga-moga aja karena No pic, cerita ini tidak disebut Hoax! (emang Kaskus! :D )
Sayangnya, belakangan timbangan yang kami belikan itu malah di'palak' oleh preman sekitar! Bilangnya sih tuh preman cuma 'pinjam bentar' tapi pas si bapak nagih tu timbangan, dasar preman- dia malah bilang 'ntar saya pikir-pikir dulu kalo ngembaliin nih timbangan' .
ReplyDelete>> astaghfirulloh.... :(
salam kenal, wah...menarik ceritanya.
ReplyDeletetrima kasih komennya...
ReplyDeletemampir baca baca nih...
ReplyDeletehmmm... sisi lain dari kehidupan yg terkadang tersisihkan.. Beruntunglah kamu mbak... masih bisa menyempatkan diri untuk memperhatikan mereka. Setidaknya ini akan memperbesar rasa syukur kita thd anugerah yang telah kita terima...
ReplyDeleteNice post... :)
Salam
ReplyDeleteNice sharing mba, tetap semangat berbagi cerita kehidupan, tuk yg selanjutnya saya tunggu..
Salam kawan
kasihan sekali, seharusnya pemerintah lebih peduli terhadap mereka ya...
ReplyDeleteSemangat belajar yg tinggi si anak dari keluarga gerobak sangat luar biasa...Dulu aq pun males kalo mau belajar,malah suka main game dr pd bljr he...He...Btw mba,soal feedjit nya tampilan jd acak2an mungkin karena widget itu tidak sesuai dengan lebar dan tinggi dari sidebar template mba.Coba di edit script dari feedjit,dan sesuai kan height dan width nya.
ReplyDelete@kartun: ya..kayaknya kita harus sering2 nengok "ke bawah" spy sering bersyukur!
ReplyDelete@fathoni, DenBa: thanks to read.
@joe: pemerintah udah banyak PR nya!
@wong: saya juga dulu males kok belajar :D