Thursday, December 16, 2010

Nasib Malang Mantan Pembantuku

Namanya Siti. Dia pernah menjadi pembantu/pengasuh anakku sekitar 3 tahun lalu. Saat itu dia keluar karena diajak menikah oleh kekasihnya (sekarang jadi suami). Sebetulnya dia sendiri masih pengen kerja dan kumpul uang, tapi suaminya ngajak buru-buru nikah dan minta dia berhenti kerja secepatnya. Maka dengan berat hari kami melepasnya. Kami sudah cocok dengan hasil kerjanya: ngasuh anakku -Yasser- dari mulai bayi sampai masuk TK dengan telaten dan kasih sayang, terus memasak apapun udah jago, beres-beres rumah oke!. Sayang sekali, tapi mau gimana lagi? masa mau menahan niat orang buat ibadah menikah?

Setahun setelah dia keluar kerja dan dia punya anak, saya mendengar kabar dari pembantu saya (kebetulan masih saudara dan satu kampung) katanya rumah tangga Siti mulai 'bermasalah'. Sang suami mulai menunjukan tabiat aslinya: Galak! (doggy kalee??). Setelah punya anak sampai sang anak berusia setahun, Siti tinggal di kampung, sementara suaminya balik ke kota kami untuk jualan (suaminya seorang pedagang makanan dorong). Pembantu saya cerita, Siti sekarang kurus dan dekil. Dia seringkali datang ke warung pamannya untuk berhutang kebutuhan rumah tangga!. Pembantuku masih ingat, saat Siti masih kerja di tempatku, sementara pembantuku saat itu tinggal di kampung, Siti pas mudik senantiasa royal dan nampak gaya!.

Lebaran haji tahun 2009 lalu dia sempat mampir ke rumah saya dengan anak perempuannya. Benar, dia keliatan kurus dan kuyu! Kemudian dia pulang dari rumah kami dengan membawa daging kurban sambil mewanti-wanti agar Idul Adha tahun depan (2010) jangan lupa kasih dia juga!. Demi menepati janji kami padanya, maka Idul Adha kemarin kami menyisihkan sepotong daging kurban untuknya. Kalo tahun 2009 lalu dia datang ke rumah dua hari setelah lebaran, maka kemarin pun kami berpikir demikian! Tapi tunggu punya tunggu setelah seminggu-dua minggu, dia tak muncul juga di rumahku!. Akhirnya daging jatahnya kami berikan ke orang lain. Kalo pun nanti dia ternyata datang juga, biar saja kami kasih uangnya!. Kami tak bisa kontak dia-karena dia memang tidak punya HP! Kalopun dia telpon ke rumah kami, karena dia pinjam HP adik pembantuku di kampung.

Lama menunggu dia dari Idul Adha kemarin, mendadak tadi malam saat saya pulang kerja Ibuku cerita bahwa tadi siang Siti dan anaknya- yang sekarang berusia 3 tahun-datang. Dia datang sebentar-katanya sekedar ingin curhat dengan berderai air mata. Keliatan buru-buru, disuguhi minuman dan makanan - tak sedikitpun disentuhnya!. Dia cerita tentang kehidupannya yang penuh luka!. Sang suami sekarang sudah sering melakukan kekerasan fisik dan mental padanya. Dia kerap dipukul, ditendang, dan ditonjok hanya karena kesalahan kecil (seandainya itu emang bisa disebut 'kesalahan' ). Pada saat kejadian tersebut, sang anak cuma bisa menangis ketakutan melihat sang bunda dianiaya Bapak (Ibuku bilang 'pantesan tadi anaknya nampak ga lincah, pendiam, dan agak lambat berkembang dibandingkan anak seusianya!' Tu' anak diam saja meski dicakar dan ditarik rambutnya oleh baby Jasmine!). Pikir kami mungkin anaknya stress lihat pertengkaran dan kekerasan terus menerus!.

Ibuku menyarankan agar dia bersabar dan berdoa agar sang suami berubah tabiatnya! intinya: banyakin sholat sunat disamping wajib! minta tolong sama Allah!. Namun Siti bilang, bagaimana mau berdoa dan sholat Bu? saya lagi sholat saja sajadahnya ditarik dan saya dilarang sholat! (??). Saya percaya dia tak bohong! Saya masih ingat saat masih jadi pembantu kami, dia rajin sholat, mengaji dan puasa sunat!. Terus Ibuku bilang padanya agar jangan melawan/membantah jika suaminya bicara! Siti kembali bilang; dia diam suami malah makin murka karena merasa tidak ditanggapi!. Hal kecil bisa jadi besar dan berujung pukulan-meskipun itu hanya karena suami lihat sesuatu acara di TV. Kami ga ngerti, masa sih sebegitunya? sinting kali tu' orang ya? pasti suaminya punya kelainan!. Sepertinya dulu, saat pria itu datang menjemput Siti ke rumah kami untuk diajak menikah, pria itu nampak santun dan gentlemen! Jika memang demikian, berarti emang benar kalo penampilan tidak bisa dijadikan patokan baik buruknya prilaku seseorang!

Kemudian Siti cerita, pernah suatu kali dia ditonjok tepat diantara dua matanya, dan itu bikin dia pening dan sempoyongan hampir pingsan! Sang suami saat itu khawatir dan langsung ngajak dia ke dokter, tapi Siti menolak!. Namun demikian, kejadian itu tidak bikin sang suami kapok dan mengurangi kekerasan padanya. Besoknya, kembali dia memukul Siti saat pulang berdagang. Siti juga tidak boleh bertemu orang tua dan saudaranya! dia tidak boleh kemana-mana! Lah , terus sekarang kok kamu bisa kesini, Sit? begitu tanya Ibuku dengan rasa khawatir. Siti bilang karena saat itu suaminya sedang tidur sehabis pulang dagang. Makanya dia tak bisa berlama-lama di rumah kami. Jarak antara rumah kontrakannya dengan rumah kami jauh, saat itu pun Ibuku berpikir pasti suaminya sudah bangun dan kami langsung membayangkan malam itu -ketika Ibuku menceritakan kunjungan Siti padaku- Siti mungkin sedang menerima pukulan, tonjokan dan entah apa dari suaminya!. Kami cuma berdoa, semoga saja dia dan anaknya tidak apa-apa ! (dipukulin kok masih bilang 'tidak apa-apa'? :( ).

Kami khawatir dan ingin menolongnya! tapi harus bagaimana? tindakan yang dilakukan suaminya sudah masuk KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga). Sang suami sebetulnya bisa dijerat UU KDRT (No 23/2004). Asalkan Siti berinisiatif melaporkannya sendiri ke polisi! tapi apakah dia mau? dia mungkin mikir anaknya! Selain itu, secara finansial dia masih tergantung pada suami, meskipun si suami jarang memberi uang belanja. Yang saya heran, para tetangganya yang setiap hari mendengar teriakan murka sang suami dan pukulan-pukulannya, cuma diam saja? mungkin mereka takut dibilang turut campur! . Lalu kapan mereka mau turut campur? jangan menunggu semua terlambat seperti peristiwa yang sudah-sudah di TV/berita KDRT!. Para tetangga sekitar sebenarnya punya kewajiban untuk mencegah KDRT tersebut!.

O'ya, Ibuku bilang saat Siti bercerita sambil menangis, anakku-Yassin- turut mendengarkan dan memperhatikan mantan pengasuhnya itu!. Kutanyakan pada Yassin, what does she look like now? Yassin bilang : "beda betul! Yassin ampe ga kenal, mba Siti sekarang nampak gosong (maksudnya hitam!) , kurus, dekil, mukanya ga jelas-pokoknya jelek dibanding dulu!".

Saya yang hanya bisa mendengar cerita dari Ibu dan Yassin cuma bisa geregetan denger kisahnya! Saya paling gemas bila mendengar KDRT! eh..ini kok didekatku malah ada yang jadi korban?. Sayangnya, saat dia datang saya sedang tidak di rumah! maka saya tidak tau persis duduk permasalahannya. My Hubby bilang jangan dulu men-judge suaminya salah dan ujug-ujug turut campur membela dia depan suaminya! mungkin saja Siti ada yang lalai dalam tunaikan kewajibannya sebagai istri!. Oke, tapi bagaimanapun juga tidak tepat jika suatu kesalahan dibalas dengan pukulan, tendangan dan tonjokan bukan?

Siti..Siti.., nasibmu kini! Semoga Allah selalu melindungimu dan putrimu! Kami tidak mau mendengar kabar yang lebih buruk tentangmu!


Neither do Real Women!




Image source: Freewebs.com


7 comments:

  1. ni suami harus banyak dikasih tentir tentang kesenian. disuruh ngelukis, main musik, sama bikin puisi. biar manajemen emosinya bagus, dan keadaan seperti itu nggak terjadi lagi.

    ReplyDelete
  2. Rasanya ingin nonjok tuh suami si Siti. Sialan, mencemarkan nama baik laki-laki.. :(
    Btw, yg bisa kulakukan hanya berdoa Jeng Popi... Smoga siti tetap tabah dan sabar menerima segala perlakuan ini.. dan si suami cepat diberikan kesadaran atas sgala kekasarannya... amin.

    ReplyDelete
  3. Betul.. "Kelalaian" istri tidak harus dibayar dengan pukulan. Kasian banget si Siti. Kl mmg tidak berubah, shrsnya Siti punya keberanian mengadukan ke polisi perihal KDRT yg dialaminya.

    ReplyDelete
  4. banyak kekerasan rumah tangga tak pernah diungkap
    namun bagaimanapun ini tidak bisa terus dibiarkan
    semoga bisa mendapatkan perlindungan dan penyelesaian yang baik
    salam sukses..

    sedj

    ReplyDelete
  5. semoga badai cepat berlalu ya mbak, n keadilan berpihak pada siti...

    ReplyDelete
  6. memang harus lapor sendiri Bu, apa tidak bisa dilaporkan oleh saksi?

    ReplyDelete
  7. @Zach: yang tau seni juga masih banyak yg "kelainan" kok!
    @Kartun: tapi tabah dan sabar ada batasnya ya? masa sampe ancur tetap tabah? :(
    @Inda: Siti memang berniat itu, kalo suami sudah berlebihan katanya!
    @sedjatee: banyak banget! sekitar kita juga banyak!
    @warcoff: mudah-mudahan!
    @M A vip: kalo berdasar UU 23/2004 sih..yg berhak lapor korban atau kuasa korban! tetangga atau saksi cuma wajib mencegah, melindungi atau mendampingi korban lapor polisi!

    ReplyDelete

Orang Yang Baik Adalah Yang Mau Menerima Kritik Dari Manapun, Sekalipun Kritik itu Buruk.