Hah, Siapa yang bilang? saya! saya yang bilang barusan!
Mengutip judul novel karangan Sutan Sati, saat ini saya membenarkan judul novel itu.
Mengutip judul novel karangan Sutan Sati, saat ini saya membenarkan judul novel itu.
Jujur saja: saya belum pernah baca novelnya. Pun, saya belum pernah nonton sinetron yang tayang pada tahun 1991 itu. Saya cuma tau, tokoh utamanya 'si Midun' diperankan oleh Sandy Nayoan. Saya masih ingat, tahun segitu Sandy Nayoan lagi imut-imutnya. Begitu pula saya! Sedang manis-manisnya dan 'berjaye'! hehe..
Balik ke judul: kenapa saya berani bilang 'Sengsara membawa Nikmat' (harap ucapkan 3 kata ini dengan terpatah-patah dan mendayu bak baca puisi! Dijamin semakin nikmat.) ?
Karena saya merasa, pada saat kita 'sengsara' kita baru menyadari bahwa apa yang selama ini kita dapat (saat tidak sengsara) ternyata 'luar biasa". Pendeknya, kita jadi banyak bersyukur.
Seperti saat jaman mahasiswa dulu: kalo tanggal muda, saat uang di dompet masih penuh, rasanya makan pun milih-milih. Suka rada-rada manja gitu! Beli nasi di warteg? males. Pengennya sekelas resto siap saji!
Tapi pas menjelang tanggal tua. Saat dompet mulai kempes dan bala bantuan tak kunjung datang. Maka dengan modal uang Rp3000,- beli makan di warteg dengan menu nasi, tahu/tempe dan sambal, kok rasanya makan begitu nikmatttt......banget!
Terus, saat mobil di rumah mogok dan kita terpaksa kudu jalan kaki atau naik angkutan umum. Kita dilatih bersabar duduk manis di angkot yang ngetem-nya berjam-jam. Atau seperti kemarin, saya yang biasanya pulang-pergi kantor bareng suami, terpaksa harus kembali ke KRL karena suami lagi dinas daerah. Saya pun kembali harus berlari-lari saat pagi buta, rebutan naik gerbong, dan umpel-umpelan dalam kereta.
Saya berusaha menikmati. Karena, meski sengsara (nafas sesak, kaki pegal, badan remuk) tapi saya (dan juga penumpang lain pada umumnya) berusaha menjadikan 'derita' itu sebagai hiburan semata (kebetulan saya berada di gerbong perempuan). Hingga tak heran, saat kereta berhenti, dan badan kami limbung ke satu sisi, kami malah tertawa.
So, benarkan kalo Sengsara itu membawa nikmat? karena saat sengsara begitu, kita jadi bisa bilang 'oh..ternyata begini ya rasanya susah!',...'oh begini ya, rasanya ga punya uang'...'oh..begini ternyata bla-bla-bla....." dst. Intinya, kita jadi lebih menikmati apa yang selama ini Tuhan beri. Selain itu, tanpa disadari, empati kita terhadap mereka yang hidup kekurangan jadi muncul.
Anyway, Itu semua menurutku. Entah, apakah orang lain pun demikian?
Terakhir, saya jadi pengen nonton sinetron yang dibintangi Sandy Nayoan itu. Apakah isi film itu sama seperti pandanganku di atas?
Karena saya merasa, pada saat kita 'sengsara' kita baru menyadari bahwa apa yang selama ini kita dapat (saat tidak sengsara) ternyata 'luar biasa". Pendeknya, kita jadi banyak bersyukur.
Seperti saat jaman mahasiswa dulu: kalo tanggal muda, saat uang di dompet masih penuh, rasanya makan pun milih-milih. Suka rada-rada manja gitu! Beli nasi di warteg? males. Pengennya sekelas resto siap saji!
Tapi pas menjelang tanggal tua. Saat dompet mulai kempes dan bala bantuan tak kunjung datang. Maka dengan modal uang Rp3000,- beli makan di warteg dengan menu nasi, tahu/tempe dan sambal, kok rasanya makan begitu nikmatttt......banget!
Terus, saat mobil di rumah mogok dan kita terpaksa kudu jalan kaki atau naik angkutan umum. Kita dilatih bersabar duduk manis di angkot yang ngetem-nya berjam-jam. Atau seperti kemarin, saya yang biasanya pulang-pergi kantor bareng suami, terpaksa harus kembali ke KRL karena suami lagi dinas daerah. Saya pun kembali harus berlari-lari saat pagi buta, rebutan naik gerbong, dan umpel-umpelan dalam kereta.
Saya berusaha menikmati. Karena, meski sengsara (nafas sesak, kaki pegal, badan remuk) tapi saya (dan juga penumpang lain pada umumnya) berusaha menjadikan 'derita' itu sebagai hiburan semata (kebetulan saya berada di gerbong perempuan). Hingga tak heran, saat kereta berhenti, dan badan kami limbung ke satu sisi, kami malah tertawa.
So, benarkan kalo Sengsara itu membawa nikmat? karena saat sengsara begitu, kita jadi bisa bilang 'oh..ternyata begini ya rasanya susah!',...'oh begini ya, rasanya ga punya uang'...'oh..begini ternyata bla-bla-bla....." dst. Intinya, kita jadi lebih menikmati apa yang selama ini Tuhan beri. Selain itu, tanpa disadari, empati kita terhadap mereka yang hidup kekurangan jadi muncul.
Anyway, Itu semua menurutku. Entah, apakah orang lain pun demikian?
Terakhir, saya jadi pengen nonton sinetron yang dibintangi Sandy Nayoan itu. Apakah isi film itu sama seperti pandanganku di atas?
Semacam 'Fainnama'al usriyusroo' ya mbak, bersama kesulitan ada kemudahan.
ReplyDeleteKetika sengsara, siap2 untuk bahagia dan dapat kenikmatan dari Allah deh ^^
eh iya..betul itu ya? pas banget bunyi surat itu.
Deletesudah lupa sama film Sengsara Membawa Nikmat yg diputar TVRI dulu... biasanya sih sinetron ga ada versi vcd/dvd-nya :D
ReplyDeletedi Youtube ada kali ya R1O?
DeleteMenurutku nikmat bisa didapat di mana saja mbak.
ReplyDeleteSaat merakyat dan makan di warteg, nikmat juga.
Makan di tempat mewah, ya bisa nikmat juga...
Kalau tanggal tua, ya saya makannya masih 10ribuan jg sih mbak... karena gak ada warteg sini yang 3000-an.... hehehe..
iya, harga 3000-an itu jaman tahun 90-an Mbak! sekarang uang segitu kayaknya cuma dpt nasi doank ya?
Deletebersakit2 dahulu, betul kan kata pepatah itu...
ReplyDeletebetul. Asal jangan: bersakit-sakit dahulu, matilah kemudian! hehe..
Deletekalau anak kost irit2 diawal bulan nanti akhir bulan baru dhe makan enak :)
ReplyDeletekok kebalik? :O
Deletewalaupun amit2 sih ya.. jangan sampe kudu sengsara... tapi kadang kalo pas lagi harus naik bus pas pulang kantor, emang walaupun rasanya cape, macet, lama, belum lagi kedinginan pas nunggu bus... tapi mikirnya duh ntar kalo sampe rumah rasanya nikmat banget. hahaha. kalo pas lagi bawa mobil kan gak kepikir gitu. :P
ReplyDeleteyap..baru terasa pas lg susah ya?
Deleteahh, kata siapa naik kereta berdesakan adalah sengsara. itu namanya latihan fisik. banyak gunanya, selain jadi kuat fisik, kuat mental, betis juga menjadi kokoh, bisa buat nggebuk orang.
ReplyDeletekapan2,,kalo ada maling, gua pinjem betis mu ya??
Deleteasal jgn kelamaan sengsaranya pasti terasa nikmat hehehe
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
Deletekalo sengsaranya ga kelar2, pasti ada yg salah dgn kita ya?
Deletesaya masih ingat beberapa adegan dalam sinetron itu, yang jelas alur ceritanya lebih bagus dari cerita seorang mahasiswa yang suka ngirit kalau lagi nggak ada duit.
ReplyDeletehaha...
Deleteorang yang berani sengasara & melawan arus maka orang itu dekat dengan sukses,tapi sebaliknya orang yg suka berada di comfort zone maka nasibnya akan selalu & selalu ditentukan oleh orang lain bukan dirinya sendiri
ReplyDeletesepertinya begitu ya? yg senang ama comfort zone, biasanya ga siap mental ya?
Delete