image diambil dari file windows |
Sore menjelang magrib, hujan baru saja reda. Saya naik sebuah angkutan kota menuju rumah dari stasiun Cilebut. Tak lama kemudian mobil yang saya tumpangi berhenti, naiklah dua orang wanita muda cantik dan seorang anak lelaki kecil berusia sekitar 2 tahunan. Suasana dalam mobil yang tadinya sepi oleh karena hampir semua penumpang capek dan mengantuk, mendadak jadi sedikit rame oleh celotehan dua wanita muda itu. Saya, yang tadinya terkantuk2, mendadak segar. Selain segar karena wangi parfum kedua wanita muda itu, juga karena isi obrolannya yang menarik.
Intinya, mereka sepertinya akan menghadiri suatu reuni. Entah reuni SD, SMP atau SMA....tak penting! Yang menarik, saat saya mendengar nada 'khawatir' dari salah seorang wanita itu yang membawa anak kecil. Rupanya anak lelaki kecil itu anaknya!
Dia beberapa kali bertanya dan minta kepastian dari wanita satu lagi, apakah boleh dia datang ke acara itu bawa anak? apakah gak malu? mengingat -menurut dugaannya- cuma dia doank yang udah punya anak.Wanita muda satu lagi tidak memberi jawaban, dari nada suaranya sepertinya dia juga agak keberatan rekannya membawa 'buntut' ke acara. Di akhir percakapan -sebelum mereka turun dari angkot- si wanita bawa anak sempat bergumam lirih "kayaknya aku ga jadi ikut ah! ga enak bawa buntut!"
Sepintas kulirik anak lelaki yang duduk dipangkuan wanita muda itu. Anak lelaki itu berdandan rapi. Rambutnya disisir ke samping. Wajah mungilnya tidak bisa menyembunyikan kegantengannya di masa depan. Saya mengerutkan dahi, heran. Ingin sekali saat itu saya ikut nimbrung dan nyeletuk: Mbak, anakmu cakep dan lucu! Berbanggalah mbak memilikinya! Dan kalo pun ga ganteng dan ga lucu, Mbak tetap harus bangga, karena mbak punya 'anak'. Bisa jadi diantara teman2 mbak di tempat reuni-an sana ada beberapa yang belum dianugerahi seorang anak. Atau bahkan mungkin belum diberi kesempatan untuk membangun suatu keluarga? pada akhirnya mereka malah iri dengan 'keberuntungan' mbak.
Reuni, kadang menyenangkan -kadang tidak meng'enak'an. Utamanya jika reuni jadi ajang pamer 'kesuksesan', 'kekayaan' dst. Saya sendiri ga peduli dengan itu semua dan sama sekali ga terpengaruh dan jadi 'iri' terhadap rekan2 lama saya. Saya ikut bangga dan senang kalo mereka bisa jadi 'orang besar'.
Tapi yang bikin saya malas dengan reuni adalah apabila ada aturan yang 'melarang' kita untuk membawa pasangan, buntut, dkk. Intinya kita harus datang 'alone'. Supaya saat reuni, kita bisa seolah2 kayak dulu lagi (tentunya muka dan body, tetap ga bisa bohong bukan? hehe..). Itulah kenapa sudah 2x reuni SMA saya absen. Karena ketentuan itu tadi!
Bagi saya, reuni bagusnya juga menghadirkan 'anggota baru' di sekitar kita. Bukankah mengenalkan keluarga kita sama dengan memperluas silaturahmi? temanku, temanmu juga. Kalo ketentuan tadi untuk menjaga 'perasaan' rekan kita yang -mana tau belum berkeluarga- mungkin bisa diterima. Tapi sayangnya tidak demikian umumnya! Lebih banyak karena alasan 'kalo bawa pasangan/keluarga' bakal ga bebas.
Kebebasan itu sudah masa lalu, saat masih sendiri. Sekarang adalah kehidupan yang baru. Dimana ada suami/istri dan mungkin anak2. Bagaimana mungkin kita bisa bebas seharian reuni, sementara istri/suami dan anak2 di rumah menanti dengan harap2 cemas? jangan2 si ibu/bapak bernostalgia dengan 'teman akrab' lamanya?
Saya bukan anti reuni. Tapi saya hanya mau reuni kalo dibolehkan membawa keluarga. Setidaknya anak, sebagai 'identitas baru' kita.
wah iya aneh juga kalo reuni gak boleh bawa keluarga....
ReplyDeleteiya. mana kita bisa bebas berlama2 ya?kalo sementara keluarga ga diajak..
DeleteKalau gak nyaman karena reuni sering dijadikan ajang pamer kesuksesan, seperti yang mbak bilang, setuju sekali. Aku jg kemaren diajak reuni SD rasanya males...tapi kalau gak ikut reuni gara2 'malu' punya'buntut, itu mah terlalu...Anak itu titipan Tuhan, seperti juga harta dan kesuksesan...kalau pamer harta bisa bangga, kok pamer anak yg juga merupakan anugerah malah malu?...anak malah jauuhh lebih berharga dari harta apapun di dunia ini.
ReplyDeletebetul mbak. anak itu harta yg paling berharga dari apapun..
DeleteSaya juga setuju seperti yang mba bilang kadang menjadi tolok ukur kesuksesan seseorang, padahal tujuan hakiki reuni kan silaturahmi kembali setelah sekian lama tidak jumpa.
ReplyDeleteJustru dengan reuni kita bawa keluarga kita masing masing karena ya itu tadi niatnya silaturahmi. Semakin banyak sahabat dan kerabat saling kenal mengenal dunia ini akan semakin baik
kadang ada yg merasa 'ga sukses' jadi minder dan enggan datang. Karena pasti di reuni suka ditanya2...
Deletekebetulan saya juga belum pernah ikut reuni sekalipun mbak, soalnya setelah menikah saya langsung merantau jauuuuh sekali ke luar pulau jadi nggak pernah punya kesempatan untuk ikutan reuni...hehe
ReplyDeletereuni nya bisa jadi berat diongkos nanti ya?
Deleteyang enak si fleksibel aja kali ya, nggak harus ada aturan ini itu. yang enjoy sendiri ya jalan sendiri, yang enjoy bawa keluarga ya datang satu paket. halahh, ribet amat si Pop. mau reuni kayak mau pilkada.
ReplyDeletepilkada boleh bawa anak istri ya?
DeleteReuni memang ajang silaturahmi, akan aneh kalau ada aturan yang tidak memperbolehkan membawa keluarga.
ReplyDeleteWalaupun belum berkeluarga, sy suka banget kalimat yang ini mbak "Setidaknya anak, sebagai 'identitas baru' kita."
he..iya
Deletesaya belum pernah ikut reuni sepanjang hidup, pengin juga, cuma sampai sekarang kok nggak ada yang pernah ngundang-undang saya, padahal saya dulu selalu ngetop
ReplyDeletemasa??? tungguin aja, bentar lagi pasti 'diundang'....sama KPK!
Deletewah kalau ada larangan jangan bawa keluarga, kalau menurut saya kurang etis.. terlebih "karena alasan 'kalo bawa pasangan/keluarga' bakal ga bebas"
ReplyDeletebisa bisa pasangan kita salah mengartikan kata "bakal ga bebas" itu. terus ada petanyaan "emang mau ngapain ?".
betul. suami/istri pasti mallah ngelarang kita hadir
Deletemungkin krn masih muda, kalau bawa anak akan muncul banyak "dugaan"
ReplyDeletebeda kalau bawa pacar .. 'eh :(
hm..bisa jadi gitu sih! MBA maksudnya? tp skrg trend menikah muda loh..
Deletebeberapa tahun lalu, sekolah saya (MAN 2 Pontianak) juga adakan reuni mbak.. yang udah punya anak, bawa anak :D
ReplyDeleteyg asik itu kalo pasangan suami istri 2-2nya berasal dari sekolah yg sama, diajak dateng ke reunian bisa nyambung :)
haha..iya bener, jadi dua2nya diundang ya?
Deletewalah.... aku malah baru tau ada juga reuni yg ngelarang bawa keluarga
ReplyDeleteuntunglah aku ga pernah dpt undangan reuni yg ky gitu :D
beberapa ada yg gitu. Kakak ku bulan lalu reuni dgn aturan sprt itu!
Deleteaku sependapat... seharusnya kita bangga dengan apa yang kita miliki. Tuhan sudah memberikan kita jalan dan hikmah dari perjalanan yang sudah kita lewati
ReplyDeletebetul! dunia baru kita harusnya dikenalin juga ke mereka ya?
Deletewah emang gak enak kalau reunian gak boleh bawa pacar...eh
ReplyDeletekalo pacar sih ga perlu kali ya? kan sapa tau di reuni-an ada temen yg blom married juga dan dia mana tau lebih baik dr pacar kita? hehe..just my opinion!
Deleteiya mbak, aku juga baru tahu ada reuni yg melarang bawa keluarga, kalau aku ya juga pasti ndak mau datang, ntar suamiku yg nemenin siapa ?
ReplyDeletebisa2 dia 'memble' dan manyun seharian di rumah?
Deletehahh.. udah lama nih gk mampir kerumah popi... :D akhirnya mapir lagi.. :D
ReplyDeleteSeerrruu juga ya.. saya sepakat dengan anda ..
ReplyDeletewah kalau aku diajak reuni lalu gak boleh bawa anak, aku pasti gak mau.
ReplyDeletesebenarnya klo gak diizinkan bawa pasangan masih wajar ya, mungkin teman2 ingin lebih bebas ngobrol rame2 mengenang masa lalu, takutnya nanti si pasangan malah bengong sendirian kasian. tapi kalau gak boleh bawa anak, deuh... mending ga usah.
sama Mbak...
ReplyDeleteaku paling males tuh kalo diundang acara reuni
banyak gak datangnya
entah kenapa, males aja