Thursday, November 12, 2015

Kesempatan Kedua

Waktu berlalu begitu cepat, sudah setengah tahun tidak mem-post kan sesuatu di blog ini. Perpaduan antara kurangnya minat menulis dan koneksi internet di kantorku yang sering error hingga menghambat produktifitas blog ini. Dan bila sekarang mendadak ada dorongan untuk menulis lagi, itu karena duka. Duka yang menggiringku kesini.

Kukatakan tahun ini adalah tahun yang mengharu biru bagiku dan keluarga besarku. Kami sedang menghadapi banyak ujian dan cobaan (kami anggap begitu. Rasanya lebih enak daripada disebut 'musibah'). Ujian dan cobaan itu berbentuk segala rupa. Dan setiap kali kami berhasil melaluinya, kami bersyukur luar biasa.
Mungkinkah ini salah satu peringatan dari Allah karena selama ini kami 'kurang' mengucap 'syukur'? mungkin saja. Tapi mungkin juga karena selama ini kami terlalu banyak dinina-bobokan oleh kesenangan, hingga Allah khawatir kami terlena dengan segala kesenangan itu. Sungguh, jika demikian Allah sangat menyayangi kami. Allah tidak ingin kami lupa bagaimana rasanya sedih, susah dan cara menghiba pada-Nya. Bukankah Allah paling suka melihat hamba-Nya banyak berdoa dan meminta ?

Dari sekian banyak ujian, ada satu yang paling membuatku benar2 menangis: ujian sakit yang sedang menimpa kakak tercintaku. Yang membuat kami semakin sedih, kami baru tau setelah anaknya  alias keponakan kami memaksa sang ibu untuk melakukan serangkaian test guna memastikan sejauhmana penyebaran penyakit tersebut. Dan kini hasilnya sungguh mengkhawatirkan.

Kakakku satu itu memang orangnya cenderung pendiam. Dia tidak suka bercerita tentang kehidupannya kepada kami adik-adiknya, termasuk bercerita soal penyakitnya. Mungkin dia tidak ingin kami turut memikirkan penderitaannya disaat kami sendiri sedang banyak ujian/cobaan. Tapi jadi beginilah akhirnya, kami sedih dan menyesal. Kalau saja dia cerita dari dulu, mungkin kami sekeluarga akan berdiskusi guna menentukan apa langkah pengobatan terbaik yang harus diambil.
Ya, sekarang nasi sudah menjadi bubur. Kata dokter, penyakit itu sudah menyebar hampir keseluruh organ tubuh. Meski demikian, kami tetap berusaha untuk menempuh berbagai proses pengobatan baginya. Kami tak peduli pendapat orang dan ahli kedokteran yang menyatakan bahwa penyakit itu mematikan dan bila sudah mencapai stadium 4 maka akan susah untuk disembuhkan. Kami percaya, jika Allah berkehendak maka segala sesuatu tidak ada yang tidak mungkin. Termasuk kesembuhan kakak-ku.  Yang penting sekarang kami tetap berusaha sambil berdoa. Semoga Allah memberikan kesembuhan bagi kakakku; memberikannya kesempatan kedua untuk hidup menjadi pribadi yang lebih baik, dan Allah memberi kami kesempatan kedua untuk lebih peduli padanya.

Ada satu doa yang sering kubaca selesai sholat Dhuha di sudut mushola kantor. Doa yang jika selama ini aku membacanya tanpa ekspresi, namun entah kenapa setelah datangnya ujian yang menimpa kakakku, kubaca doa ini dengan sepenuh hati diiringi derai airmata. Ingin kuberikan doa ini pada kakakku, agar dia selalu membacanya setiap waktu.


إِلَهِي كُلَّمَا أَنْعَمْتَ عَلَيَّ نِعْمَةً قَلَّ لَكَ عِنْدَهَا شُكْرِي, وَكُلَّمَا ابْتَلَيْتَنِي بِبَلِيَّةٍ قَلَّ لَكَ عِنْدَهَا صَبْرِي. فَيَا مَنْ قَلَّ شُكْرِي عِنْدَ نِعَمِهِ فَلَمْ يَحْرِمْنِي, وَيَا مَنْ قَلَّ صَبْرِي عِنْدَ بَلاَئِهِ فَلَمْ يَخْذُلْنِي, وَيَا مَنْ رَآنِي عَلَى الْمَعَاصِي فَلَمْ يَفْضَحْنِي, وَيَا مَنْ رَآنِي عَلَى الْخَطَايَا فَلَمْ يُعَاقِبْنِي عَلَيْهَا, صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَاغْفِرْ لِي ذَنْبِي وَاشْفِنِي مِنْ مَرَضِي, إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ 


Tuhanku, acapkali nikmat yang Engkau anugerahkan kepadaku, sedikit sekali aku berterima kasih kepada-Mu atas nikmat tersebut.
Dan setiap bencana yang Engkau timpakan kepadaku, kesabaranku kepada-Mu sangat sedikit ketika menghadapinya.
Wahai yang menerima rasa syukur yang sedikit atas nikmat yang di anugerahkan-Nya, Dia tidak mencegahku (untuk tetap memperoleh nikmat-Nya)
Wahai  yang menerima kesabaran yang sedikit terhadap bencana yang diturunkan-Nya, Dia tidak menelantarkanku.
Wahai yang melihatku dalam maksiatku, dan Dia tidak mengungkapkannya (di hadapan mahluk yang lain).
Wahai yang melihatku dalam kesalahan-kesalahan, Dia tidak (segera) menghukumku atas kesalahan-kesalahan tersebut.
Sampaikanlah Salawat kepada Nabi Muhamad SAW dan keluarganya.
Ampunilah dosaku, sembuhkanlah aku dari sakitku.
Sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa atas segala sesuatu.